Ini merupakan contoh autobiografi saya untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.



Saya terlahir dengan nama Ma'arif Suryadi pada 3 Desember 1995 di Gunung Putri, Bogor yang saat itu merupakan kawasan industrilisasi yang cukup besar. Sudah menjadi turun-temurun dalam keluarga saya yaitu berpindah-pindah tempat tinggal (nomaden) sebelum menemukan tempat tinggal terbaik. sya merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara.

Saya menghabiskan waktu kecil di bogor sampai menginjak bangku TK. Karena perusahaan tempat ayah saya bekerja mengalami kebangkrutan sehingga memaksa kami untuk kembali ke kampung halaman yaitu Kebumen. Peristiwa itu juga memaksa saya untuk mengulang TK tahun berikutnya.

Pendidikan dasar separuhnya saya tempuh di SDN 2 Sidomoro. Waktu TK sampai kelas 1SD saya dianggap sebagai anak yang lambat dalam menerima pelajaran. Saya selalu mendapatkan peringkat terbawah sewaktu kelas 1 SD.

Pakasaan yang tegas dari kedua orang tua agar supaya rajin belajar telah membuat banyak perubahan pada diri saya. Pada awal semester kelas 2 SD saya menemukan sebuah buku kumpulan cerpen milik kakak perempuan saya. Namun saya hanya membaca satu cerpen yang berjudul "Bulan di Langit London (Landen)" dan waktu itu saya masih melafalkan "Bulan di Langit London (London)". Sedikit demi sedikit saya mencoba mengeja kata-kata tersebut dan baru selesai dalam waktu 3 bulan. Sejak itulah saya mulai gemar membaca. Setelah membaca cerpen tersebut saya membaca dongeng "Gulliver" sehingga saya rutin membaca dongeng.


Dunia ini memang lebig ajaib daripada dongeng, mungkin kata tersebutlah yang bisa menggambarkan keberhasilanku meraih prestasi semenjak kelas 2 SD. Sya meraih peringkat pertama secara berturu-turut.

Kegemaran menggambar saya telah membuat saya maju dalam lomba lukis waktu kelas 4 SD. Namun saya kalah. Kegemaran yang berlebihan tersebut juga tidak disukai orang tua sampai akhirnya membuang semua bahan-bahan menggambar. Kemarahan itu dipicu  karena semua buku pelajaran habis untuk media menggambar, tembok-tembok tercoret-coret, dan terakhir baju sekolah saya terkena cat air. Sejak saat itulah saya berhenti menggambar.

Setelah kenaikan kelas 4 SD keluarga saya pindah ke Bekasi. SDN Sukamekar 02 merupakan pendidikan dasar yang saya tempuh separuhnya lagi. Disana saya tinggal di Perumahan Pesona Mutiara Indah Blok O Nomor 14, tambun Utara, Bekasi.

Kesukaan dan kemampuan saya dalam mata pelajaran IPS  membawa saya mengikuti lomba IPS tingkat kecamatan da ternyata menang, lalu tingkat kabupaten pun menang. Demi meraih kemenangan di tingkat provinsi, saya berusaha keras sampai membuang waktu belajar saya yang lain. Namun perlombaan tersebut berapa kali ditunda sampai akhirnya benar-benar dibatalkan. sedangkan kedua teman saya maju dalam lomba MIPA tingkat provinsi. Kekecewaan tersebut membuat saya  menjadi tidak suka terhadap mata pelajaran IPS


Orang tua saya berpandangan bahwa kehidupan kota tidak baik untuk saya sehingga menitipkan saya di Pondok Pesantren "Al-kamal", Kuwarasan, Kebumen bersama sepupu saya. Satu hal yang menghibur saya bahwa kakak sepupu saya berhasil meraih beasiswa kuliah di Cairo, mesir setelah tamatr dari sekolah tersebut.

Di Pondok pesantern tersebut saya meneruskan pendidikan saya di MTs Plus Nururrohmah. Di pesantrenn ini juga saya benar-benar hidup susah, terteka, terkekang, dan tersiksa. Saya rasa ini merupakan tempat paling menyiksa setelah penjara. Bahkan mungkin lebih.

Pada awa saya masuk pesantren, jumlah anak laki-laki dari angkatan saya yaitu 25 anak. Sepertinya hukum alam berlaku, siapa yang kuat dia yang menang. Satu-persatu dari 25 anak tersebut keluar dari pesantern karena tidak kuat tertekan. sampai akhirnya tersisa 4 orang saat kelulusan termasuk saya diantaranya. Mungkin saat itu saya tidak kuat namun saya tidak menyerah seperti 21 teman saya yang lain.


Setelah tahu bagaimana hidup di pesantren saya berpendapat bahwa bebas itu indah. Saya pun memutuskan untuk kos dan jauh dari orang tua.

Saya melanjutkan pendidikan saya di SMA N 1 karanganyar karena mengikuti salah satu teman saya. Atas peristiwa waktu SD, saya putuskan untuk memilih seni musik dan memilih jurusan IPA.

Dokter merupakan cita-cita saya dari kecil karena saya melihat kalau menjadi dokter akan sukses. Namun saya tahu Tuhan memberi jalan berbeda pada tiap hambanya. Dan saya berpendapat bahwa mengituti kesuksesan dengan cara orang lain adalah suatu kebodohan. akhirnya saya memendam dalam-dalam cita-cita saya tersebut.

Tanpa terasa bahwa sejak kecil saya begitu dekat dengan  sastra terutama dongen dan puisi. akhirnya saya menulis dan mempublikasikan cerpen-cerpen dan puisi-puisi saya di webblog / blog. Ternyata meraih tanggapan yang positif. Karena itulah saya bercita-cita sebagai penulis cerpen, novel, maupun skenario.


Saya tahu bahwa menjadi penulis tidak akan sukses seperti dokter dan lainnya. Tapi itu tidak menjadi masalah karena saya melakukan apa yang saya suka dan saya menyukai apa yang saya lakukan.

{ 3 komentar... read them below or Comment }

  1. Mungkin ini bukan autobiografi yang baik untuk ditiru, namun penulis mencoba untuk menghadirkan sisi lain dari riwayat hidup penulis sendiri. Terimakasih.

    BalasHapus
  2. vengeancez: iyaaaa kok bisa tau. siapa ya?

    BalasHapus


Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © DreaMedia : Bingkai Harapan -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -