"Lepaslah orang yang kita cinta jika dengan bersama kita dia tidak bahagia. Lepaslah! Walau membuatnya sakit untuk sementara, tapi bahagia untuk waktu yang panjangt" - Ma'arif suryadi

(Cerpen ini pernah dimuat dalam MediaObsesi.com | 12 Mei 2013)

Selly dan Adhan waktu kecil

Sore ini terlihat begitu indah, lembanyun-lembayun senja menghiasi langit biru itu. Mentari mulai suram ditelan sang petang. Sore itu aku merasa senang sekali, aku membayangkan peristiwa kemarin siang saat aku dan Adhan pulang dari sekolah. Lalu kami berdua pergi ke perkebunan teh di kota kami. Pertama-tama aku bingung mengapa dia mengajakku kesana, namun semua itu terpatahkan ketika dia memberiku sebuah mahkota dari ranting-ranting kecil yang ia buat sendiri. Setelah itu, dia menyatakan cintanya padaku. Aduhai aku senang sekali.

“Hayooo,” sapa adikku, Rani dengan tiba-tiba yang membuat aku terkaget.

“Hayooo… kakak lagi jatuh cinta ya?”

“Kata siapa? Enggak kok.”

“Buktinya, ngapain juga kakak sendirian duduk di kursi taman ini lalu tersenyum-senyum sendiri, udah gitu serius banget lagi.” Ledek adikku.

“Sok tau, anak kecil tau apa sih?” kataku dengan kesal.

“Kakak bilang aku kecil? Aku sekarang udah kelas dua SMP, jadi aku bukan anak kecil lagi. Apalagi soal cinta, aku udah tau banget.” Kata adikku belaga.

“Iya deh kakak jujur, kakak lagi jatuh cinta. Kemarin kakak ditembak sama Adhan yang sering kakak ajak ke rumah kita itu. Dia itu sahabat kakak dari kecil, waktu kecil kita berdua juga sering ke perkebunan teh itu, sambil main kejar-kejaran berdua, indah banget deh pokoknya.”

***
Satu Tahun Kemudian…

Pagi ini aku sial banget,udah bangun kesiangan, enggak sempet sarapan, ditambah lagi saat mau berangkat ke sekolah malah mobilnya dipake kakak, jadinya aku naik angkutan kota deh. 

Yang ini lebih gawat, aku belum mengerjakan PR matematika, padahal bel masuk sebentar lagi bunyi. Aku pun bergegas lari ke kantin untuk menemui Adhan yang mau nyontekin pekerjaanya. Asik.

Setelah lari-lari sampai lelah banget akhirnya sampai juga di tempat tujuan, aku pun langsung duduk berhadapan dengan Adhan. Kupandangi mukanya, dia tampak begitu kesal. Tapi aku enggak peduli, aku pun meminta pekerjaanya. Lalu, aku langsung mengejakan.

Saat aku konsentrasi mengerjakan, tiba-tiba Adhan berkata,”Kamu gimana sih sel, kamu sendiri yang nyuruh aku berangkat pagi banget, eh kamu sendiri malah jam segini baru dateng”

Aku tahu Adhan itu sangat kesal padaku, tapi aku enggak peduli apa katanya, PR aja belum kelar malah suruh mikirin dia.

“Kamu tahu enggak sih? Kamu itu bikin aku kesel. Liat tuh tinggal sepuluh menit lagi masuk.” Kata Adhan kembali, tampak dia tambah semakin kesal, namun aku masih tidak memperdulikannya.

“Selly…” sapa Adhan.

“Adhan…” jawabku dengan meniru-niru nada suaranya.”Aku terlambat itu karena tadi mobilku dipake sama kakakku, katanya mobil dia rusak, jadinya aku naik angkot, ya beginilah jadinaya.” Jawabku kembali dengan terang.

Aku memandangi raut muka Adhan, ia cemberut.

***
 Sepulang sekolah aku dan Adhan duduk di depan teras dekan tempat parkir. Aku menunggu jemputanku, sedangkan Adhan menemaniku.

“Makasih ya kamu mau nemenin aku.”

“Bukannya kamu yang minta aku buat nemenin kamu?”

“Iya sih, tapi kali ini beda, sebentar lagi kan ujian, itu berarti kebersamaan kita tinggal sebentar lagi.”

“Udah lah jangan bahas itu, bikin aku jadi galau aja.”

Aku menatap mata Adhan, dia pun menatap mataku. Lalu aku pun terhanyut di dalamnya. Setelah beberapa saat aku bertanya padanya,

“Kenapa sih kamu jadi orang serius banget?

“Emang kenapa?”

“Entar cepet tua.”

“Ya jadi orang jangan santai-santai banget kali.”

“Siapa yang santai-santai, enggak kok.”

“Itu kamu, entar otaknya macet loh”

“Ih kok gitu sih?”

“Abisnya kamu yang duluan.”

Aku pun kembali menatap mata Adhan. Namun, tiba-tiba supirku memanggilku untuk masuk ke mobil. Terpaksa aku meninggalkan Adhan.

Adhan Dewasa

***
Kini aku telah dinyatakan lulus dadi SMA. Namun aku belum tahu mau melanjutkan kemana. Aku bingung sekali, karena aku memang bukan anak yang pintar, otakku terbatas, dan juga aku memang tidak begitu berminat untuk kuliah. Namun keluargaku terus memojokkan aku untuk kuliah, padahal kan aku cuma ingin nulis alias jadi penulis, ngapain harus repot-repot kuliah?

Lebih bingung lagi saat kemarin malam, aku dan Adhan pergi jalan keliling kota. Saat sehabis belanja, Adhan menceritakan kalau dia diterima di Kampus paling unggul di negeri kami. 

Setelah itu dia tanya aku mau kuliah dimana, aku jawab belum tahu pasti. Anehnya setelah mendengar itu, Adhan tampak kecewa dan langsung meminta izin untuk pulang, seperti ada sesuatu yang mengganjal dihatiku malam itu.

“Tok tok tok,” tiba-taba ada seseorang yang mengetuk pintu. Aku pun spontan membukanya, ternyata Adhan. Aku senang sekali.

Tidak ada angin, tidak ada apa-apa tiba-tiba Adhan memelukku erat-erat, aku pun membalas pelukannya, terasa damai sekali. Namun, kali ini ada rasa yang berbeda dari pelukan Adhan.

Setelah beberapa saat dia melepas pelukannya.

“Sel, ada sesuatu yang mau aku omongin ke kamu.”

“Iya omongin aja”

“Kamu tahu, ayahku sudah lama meninggal, kini aku adalah harapan dari ibuku dan juga adik perempuanku satu-satunya. Aku tidak mau ngecewain mereka.” Kata Adhan, dia tampak sedih.

“Iya, aku tahu kok”

“Besok aku mau daftar ulang, dan seterusnya aku disana”

“Besok?” aku terkaget.

“Iya besok.” Kata Adhan lirih,”aku mau benar-benar ingin konsentrasi kuliah, jadi aku tak mau ada satu hal pun yang mengganggu pikiranku.”

“Maksudmu?”

“Sel, aku mau kita putus.”
Aku tersentak, langsung aku memeluk Adhan erat-erat. Dan Adhan pun membalasnya. Namun, aku tersadar kalau aku telah diputuskan, spontan aku langsung melepas pelukanku.

“Maafin aku Sel!”

“Enggak papa kok, aku sudah tahu kalau kamu bakal bilang ini.” Jawabku dengan tersenyum, tapi dalam hatiku aku menangis menjerit.

“Cuma itu?” tanya Adhan sinis.

Aku tersenyum kembali, aku mencoba menyembunyikan kesedihanku. Lalu, tak lama kemudian Adhan pergi. Aku bergegas menutup pintu, lalu aku aku mengeluarkan semua tangisanku. Aku sangat sedih sekali, selama lebih dari setahun aku dan Adhan menjalani hubungan, lalu cuma berakhir dengan sekejab ini saja padahal aku sudah sangat mencintainya. Kenapa ini terjadi?

Hari ini adalah hari paling menyedihkan di hidupku, dimana orang yang aku sayangi meninggalkan aku untuk pertama kalinya.

***
Kini hari-hari tanpa Adhan, tanpa orang yang aku sayangi. Saat suatu pagi, aku pergi ke kebun teh di mana Adhan untuk pertama kalinya menyatakan cintanya padaku. Aku membawa mahkota dari ranting-ranting kecil yang dulu Adhan berikan kepadaku di tempat ini.

Saat tiba ditepian sungai kebun teh itu aku langsung berdiri disitu. Lalu, aku menggenggam mahkota pemberian Adhan dengan erat-erat, aku membayangkan kembali apa yang pernah terjadi antara aku dan Adhan. Saat dulu waktu kita kecil berkejar-kejaran di kebun teh, menikmati malam di rumah pohon, saat dia pertama nembak aku, saat kita jalan bersama, sampai saat dia mutusin aku.

Aku tak kuasa menahan tangisku, dengan separuh hati aku melepas tangan kiriku dari mahkota itu. Aku memejamkan mataku, lalu dengan sekuat tenaga aku melempar mahkota itu ke sungai. Mahkota itu pun melayang-layang lalu, jatuh tepat di sungai itu. Mahkota itu hanyut terbawa arus sungai itu.
Aku rasa dengan membuang mahkota itu maka berakhirlah sudah Adhan di hatiku, semoga.

***
8 tahun kemudian…

Kini aku telah menemukan jodoh hidupku, dia adalah Dimas. Bulan depan aku akan menikah dengannya.

Iseng-iseng aku membuka kembali diaryku waktu SMA. Aku ingin menulis sesuatu pada diary itu. Kali ini tulisanku aku tunjukan untuk dimas, karena ini diary SMAku dan isinya cuma Adhan dan Adhan, jadi aku masih kaitkan dengan dia. Kali ini aku menulis sebuah lagu yang selaras banget sama isi hatiku.

Kau hadir dalam bayangan yang tak pernah kuanggap
Kau ada di dalam bayangan semu
Kau merindu dan membuatku jatuh kepadamu
Kau menyayangku dan membuatku berkata:
“Kutemikan penggantinya."

***
Pernikahan Selly dan Dimas

Hari ini adalah hari pernikahanku dengan Dimas. Aku sibuk banget meriasi wajahku. Saat itu tiba-tiba Naya datang ke kamarku.

“Selly, ada hal yang penting yang mau aku beri ke kamu.”

“Tentang apa nay?”

“Adhan. Ibunya ngasih surat padamu, kata ibunya Adhan nyuruh ngasih suratnya pas kamu udah nemuin jodoh hidupmu.”

“Ada apa dengan dia? Emang kapan kamu ketemu sama dia?”

“Ini ada surat dari Adhan, kamu baca ya! Nanti kamu akan tahu.” tutup naya, ia menyerahkan sepucuk surat kepadaku, lalu ia langsung keluar dari kamar.

Perlahan-lahan aku membukanya. Aku sangat penasaran dengan isi surat itu. Namun kali ini aku tidak berharap banyak dari itu. Kini aku telah bersama Dimas dan otomatis aku telah melupakan Adhan jauh-jauh.

Sel, sebelumnya aku minta maaf kepadamu karena aku telah meninggalkanmu. Selamat ya kamu telah menemukan jodohmu, pasti kamu bahagia banget, dari tempat kuberada aku turut bahagia.

Sel, sampai saat aku membuat surat ini, aku masih begitu sayang padamu, sungguh aku menyayangimu, bahkan sampai saat ini dan selamanya. Aku tak pernah benar-benar untuk meninggalkanmu. Maaf, selama ini aku sembunyikan tentang diriku. Aku terkena penyakit, dan dengan begitu cepat penyakit itu menggerogoti usiaku.

Aku tak pernah benar-benar meninggalkanmu, aku pikir dengan mengatakan aku memutuskanmu itu akan jadi membuatmu marah, tapi aku lebih memilih untuk membuatmu marah daripada membuatmu terhanyut dalam kesediahan.

Sel, aku sudah tak tahu lagi harus berbuat apa, maafkan aku.

Adhan.

Setelah membaca surat itu aku begitu sangat sedihnya, aku baru tahu kalau Adhan tak pernah benar-benar meninggalkanku. Aku merasa berdosa telah marah kepadanya. Kini aku sangan merindukannya. Rindu sekali. Tapi aku sadar, sekarang aku telah mempunyai Dimas, orang yang sangat mencintaiku. Aku tak boleh terus-terus memikirkan Adhan, aku harus rela melepasnya.

Tiba-tiba Dimas datang, dan langsung memelukku. Pelukannya yang erat itu membuatku sedikit membaik. "Sabar ya sel! Aku akan selalu ada di sampingmu kok."

Tamat

{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. Sebenarnya cerpen ini sudah pernah diterbitkan oleh saya sebelumnya, namun karena ada kerusakan internal, cerpen ini terpaksa saya hapus lalu saya postingkan lagi. Semoga cerpen ini masih tetap menarik yaa... Terimakasih

    BalasHapus


Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © DreaMedia : Bingkai Harapan -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -