“Awan menangis jika sesuatu yang buruk akan terjadi, tapi tidak selamanya seperti itu. Karena Awan mempunyai teman yang akan menghiburnya dikala ia sedih. Ada Matahari, Bulan dan Bintang.”

Awan menangis. Rintik demi rintik air mata berjatuhan disemua tempat pada malam itu. Entah kenapa awan itu seperti mewakili perasaannya, seakan-akan menangisi sesuatu. Bulan dan Bintang seperti enggan menampakan wujudnya kepada dunia. Awan yang menangis sendirian dan tidak ditemani siapapun. Air matanya berjatuhan merata di dunia. Dinginnya malam itu melengkapi kesedihannya. Ayu teringat kata-kata ibunya, “Awan menangis jika sesuatu yang buruk akan terjadi, tapi tidak selamanya seperti itu. Karena Awan mempunyai teman yang akan menghiburnya dikala ia sedih. Ada Matahari, Bulan dan Bintang”. Tapi sampai saat ini Ayu masih bingung kenapa ada Matahari, Bulan dan Bintang yang menghiburnya? Mengapa bukan yang lain? Entahlah……..Ayu masih mencari jawabannya.

Beberapa hari yang lalu, kedua orang tua Ayu telah dijemput malaikat dan membawa mereka ke surga. Bahkan mungkin sekarang ayah dan ibu Ayu sedang berbahagia diatas sana. Ya, kedua orang tua Ayu meninggal pada kecelakaan mobil karna menabrak sebuah pohon untuk menghindari pejalan kaki. Jadi wajar saja kalau Ayu sedih malam ini. Ia belum bisa menerima kenyataan pahit yang menimpanya. Tuhan memang telah mempunyai rencana untuk umatnya.

“Mungkin Tuhan sayang ayah dan ibu, makanya Tuhan mengambil mereka,” Ucap Wina yang tiba-tiba menghampiri kakaknya yang sedang berdiri  di balkon kamarnya itu. Wina adalah adik satu-satunya Ayu dan Ayu sangat menyayangi adiknya itu, begitupun sebaliknya. “Gak hanya abang yang sedih, aku juga sedih. Tidur aja yuk,” Wina memegang tangan Ayu dengan lembut. Abang adalah panggilan akrab Wina kepada kakaknya, mungkin karena ngidam ingin mempunyai kakak cowok.

“Awan juga lagi sedih win. Sebentar lagi deh, lo duluan aja,”

“Yaudah deh,” Wina pasrah dan mulai berjalan ke kamarnya. Tapi kemudian berhenti ketika Ayu melanjutkan pembicaraannya.

“Lo hebat ya,”

“Hah?” Tanya Wina bingung.

“Lo kelihatan tegar banget, padahal gue tau perasaan lo sama kaya gue. Tapi lo coba nutupin itu semua,” jelas Ayu.

“Bang, kita itu gak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Kalo kita terus-terusan sedih, nanti ayah sama ibu ikutan sedih. Dan mereka gak jadi bulan madu di surga. Masa hanya gara-gara kita sedih, mereka gak jadi sih?” Wina coba menghibur kakaknya.

“Hahaha it’s okay. Gue gak jadi ganggu deh. Ntar gak enak lagi hehehe,” Ayu tertawa.

“Nah gitu dong! Gue tidur duluan ya. Ngantuk,”

“Thanks ya.” Ayu berterima kasih karena Wina telah menghiburnya.

Sejak kepergian kedua orang tuanya, Ayu dan Wina kini diasuh oleh Bi Ijah. Bi Ijah sebelumnya sudah bekerja di keluarga ini dari Ayu berumur 2 tahun sampai sekarang, dari Bi Ijah muda sampai Bi Ijah tua. Dari Bi Ijah mulus sampai Bi Ijah keriput. Ia sudah dianggap keluarga dirumah itu, begitupun sebaliknya. Bi Ijah juga merasa kehilangan dan sedih ketika Raja dan Ratu-nya pergi mendahuluinya. Bi Ijah berjanji akan menjaga dan merawat kedua Putri dirumah itu sampai ia masih sanggup dan kuat karna keduanya sudah dianggap seperti anaknya sendiri.

***

Hari sabtu adalah hari yang paling menyenangkan bagi cewek bertubuh mungil dan berambut panjang ikal ini, Wina. Baginya hari sabtu dan minggu adalah surga, karena kalendernya selalu berwarna merah di setiap hari tersebut. Sekolah sebenarnya hanya meliburkan muridnya pada hari minggu, hari sabtu selalu ada kegiatan ekstrakurikuler. Tapi Wina yang sedang duduk di kelas 2 SMA ini meliburkan diri sendiri. Kalau gak libur, pasti cabut. Tapi tidak untuk kali ini, karena sedang musimnya liburan maka waktunya bagi Wina untuk tidur sampai sore! Lain lagi dengan kakaknya, hari sabtu pasti dipergunakannya untuk bantuin Bi Ijah beresin rumah yang luasnya hampir mirip dengan Stadiun Gelora Bung Karno. Sedangkan hari minggu pasti Ayu selalu rutin hangout dan shopping bersama teman-temannya. Karena selain kedua hari itu, Ayu selalu sibuk kuliah. Ya, Ayu baru duduk di bangku kuliah semester 1 jurusan bahasa Asing, tepatnya ia mengambil jurusan bahasa Inggris di salah satu Universitas Negeri di Jakarta. Karena sekarang sedang liburan, maka cewek bertubuh ideal dan berambut panjang lurus ini selalu menghabiskan waktu bersama teman-temannya.

Siang itu Ayu sudah rapih dan tampak cantik seperti biasanya. Ia menghampiri ke kamar adiknya yang masih pulas di singgasananya, berniat untuk pamit. “Wiiiiiinnnn, gue pergi dulu yaaaaa???” Teriaknya dari balik pintu.

“Hmmm,” Balas Wina. Bahkan dia tidak menghiraukan apa yang abangnya katakan.

Tak terasa sudah 17 jam Wina larut dalam mimpi indahnya. Jam menunjukkan pukul 4 sore. Bi Ijah tiba-tiba masuk ke kamar Wina, berniat untuk membangunkan sang Putri dari tidur nyenyaknya. “Non bangun non, udah sore nih……..”

“Hmmm,” Gumam Wina.

“Nooonnn………..udah tidur 5 hari tau! Non bolos sekolah teruuusss,” Bohong Bi Ijah. Wina tersentak dan tiba-tiba berdiri di samping tempat tidurnya.

“HAH??? Seragam aku dimana bi? Sepatu aku? Tas tas tas? Aduh bisa di DO nih! Gosok gigi dulu gosok gigi!” Wina panik dan langsung lari ke kamar mandi. Bi Ijah mengejarnya.

“Nooonnn ini udah sore. Lagian kan masih liburan hehehe peaceee…………..”

“Ya ampun bibiiiiiii……………..tidur lagi ah,”

“Jangan non gak baik! Ntar mabok tidur loh,”

“Ih si bibi ngawur. Sekarang hari apa bi? Bang Ayu mana?” Tanya Wina yang malah ngawur.

“Hari sabtu. Bang Ayu kan tadi siang ijin pergi sama non. Ini sebenernya siapa yang ngawur sih?”

“Sabtu? Jam jam jam mana jam? Jam berapa sekarang?” Wina bingung.

“Jam 4 non, kenapa?” Bi Ijah juga ikutan bingung.

“WAAAAAAA!!!!!!!! Aku ada janjiiiiii…………..” Teriak Wina yang langsung lari ke kamar mandi meninggalkan Bi Ijah. Bi Ijah heran melihat tingkah majikannya itu. Wina memang sudah ada janji dengan pacarnya untuk nonton. Rio, cowok seumuran dengan Ayu. Sudah 2 bulan berhubungan dengan Wina tanpa diketahui abangnya.

Sejam kemudian, tangtop longgar putih bergambar bendera Amerika dipadukan dengan jaket levis dan long jeans. Membawa tas miring berwarna coklat tua ditambah bedak dan lip glosh tipis serta rambut dikuncir kuda. Mengenakan sepatu skate berwarna hitam polos.  Tak lupa perfume kesayangannya, Johnson’s Baby Cologne dengan taste Summer Swing. Parfum bayi yang sangat Wina suka harumnya. “Wanginya enak, soft gitu,” Katanya setiap ditanya. Cewek ABG ini berlari menuruni tangga rumahnya menuju ke depan gerbang. Dilihatnya seseorang yang akan menemaninya nonton bioskop. Tinggi semapai dengan kaos dan long jeans yang terlihat simple dan tampak sangat cozy disertai dengan sepatu All Star andalannya. Ditambah membawa mobil Honda Jazz hitam. Cowok kuliahan ini memang sangat keren. Parasnya yang terlihat tampan membuat Wina terpesona setiap melihatnya. “Hai sayang,” Sapanya.

“Hai, lama ga? Maaf ya aku telat bangun nih,”

“Gak kok, kebetulan aku baru sampai. Yuk berangkat,” Jelas Rio dengan gayanya yang tampak dewasa. Ini juga salah satu sebab Wina menyukai cowok ini.

“Yuk,” Jawab Wina. Tapi tiba-tiba mobil yang dikenalnya muncul dibelakang mobil Rio yang diparkir di depan gerbang rumahnya. “Eh itu abang aku, sekalian pamit dulu deh. Yuk,” Ajak Wina kepada Rio. Ayu turun dari mobil, ia tersentak dan tak percaya dengan apa yang telah dilihatnya. Sekujur tubuhnya membeku. Detak jantungnya terus melaju dengan cepat dan tidak seirama. Hatinya tiba-tiba sakit. Tangannya melemas. Ia masih tidak percaya. Fikirannya terbang menuju ke masa lalu, kembali ke masa itu. Masa-masa yang paling indah dalam hidupnya. Rasa sakit yang telah hilang kini kembali lagi. Hatinya semakin sakit tapi ada rasa yang ia sendiri tidak mengerti itu apa. Rasa yang sama seperti dulu. Sakit hatinya seakan-akan sirna karena rasa ini. Ia terus mencari tahu apa yang terjadi dalam dirinya saat ini. Flashback ke belakang. Dan kini ia menyadari apa yang menggangu pikirannya. Cinta! Cinta dari masa lalu yang telah dilupakan seiring berjalannya waktu. Ayu terus melamun dan tanpa sadar. “Bang? Bang Ayuuu? Baaang???” Tangan Wina menyadarkan Ayu dari lamunannya.

“Hah? Apa? Sorry sorry,” Jawab Ayu.

“Lo kenapa sih? Kaya orang stress deh,”

“Gapapa gue kecapean, mau kemana?” Ayu mencari alasan.

“Istirahat gih. Lah abang dari mana? Gue mau nonton nih, boleh ya?”

“Dari rumah temen. Nonton? Itu siapa?” Tanya Ayu pura-pura tidak terjadi apa-apa.

“Iya nonton sama pacar gue. Nih kenalin,”

Deg. Ayu sakit hati. Hatinya serasa ditusuk golok yang berkarat. “Ri….Ri…Rio,” Rio menjulurkan tangan ke Ayu dengan mulut yang terbata-bata. Ayu terdiam kaku, tidak membalas salamnya Rio.

“Bang?” Tanya Wina heran.

“Hah? Gue Aaaayu,”

“Yaudah ah kebiasaan gak bisa liat cowok mulus dikit. Kita berangkat dulu ya? Bye abang muahhh,” Wina mencium sang kakak. Rio menundukan kepala sedari tadi, merasa bersalah. Kemudian mereka berdua naik ke mobil dan melaju melintasi jalan hingga tak terlihat oleh mata. Ayu masih terdiam ditempatnya berdiri.

Bagaimana bisa? Seseorang yang 2 tahun lalu berarti baginya, seseorang yang selalu ditunggu-tunggunya saat itu, seseorang yang dulu selalu ia rindukan tadi sore ada didepannya. Menjadi kekasih adiknya sendiri. Itu seperti tamparan keras baginya. “Sampai kapan aku selalu disakiti? Kenapa ini terjadi padaku?” Tanyanya kepada cermin. Air matanya tidak berhenti mengalir sejak sore tadi. Ia tidak ingin kejadian 2 tahun lalu terulang kembali kepada adiknya. Cukup ia yang merasakan, bisiknya dalam hati. Rio adalah masa lalu yang manis sekaligus pahit baginya. Rio adalah mantan kekasihnya. Dulu Ayu ditinggal pergi ke Jerman tanpa diketahuinya. Saat Ayu berniat mengajak Rio makan malam bersama keluarganya, Rio tidak datang. Ayu terus  menghubunginya tapi tidak pernah ada jawaban sampai saat ini. Ayu menyusul kerumah Rio dan mendapatkan informasi bahwa Rio pindah ke Jerman. Mulai saat itu Ayu membencinya tapi mencintainya. Ia terus mencoba melupakannya. Dan ternyata takdir tidak dapat dielakkan. Sore tadi Ayu telah dipertemukan kembali dengan Rio. Dengan keadaan berbeda tapi dengan rasa yang masih sama. Drrrrttt…….Drrrttt…….. Handphone Ayu bergetar, ada SMS masuk dari nomer yang tidak ia kenal.

Café Doremi, besok jam 4 sore

PLEASE

Ayu bingung, siapa yang mengirimnya sms? Tapi ia tidak mempedulikannya

Jam menunjukan pukul 4 sore. Ayu teringat SMS yang masuk tadi malam. “Sebenernya siapa sih? Gak jelas banget. Dateng gak dateng gak dateng gak?”

“Kenapa non? Kok ngomong sendiri? Jangan-jangan kesambet! ih waah harus telepon ustad!” Bi Ijah yang tiba-tiba lewat depan kamar Ayu kaget melihat Ayu berbicara sendirian dan kemudian berlari menuju meja telepon.

“Bi Ijaaaahhh aku gak kenapa-napa kok. Aku bingung aja, semalem ada yang SMS aku katanya suruh dateng ke café Doremi jam 4 sore ini. Gak ada nama pengirimnya. Kira-kira aku dateng gak ya?”

“Oalaaah si non, itu paling temennya non. Dateng aja, siapa tau penting. Kalo non pengen diculik, tinggal teriak aja ya. Kan rame tuh di café,” Bi Ijah memberi masukan.

“Gitu ya? Oke deh,”

Ayu bersiap dan langsung menuju ke café Doremi. Tidak dilihatnya orang yang ia kenal. Ayu terus berjalan masuk ke café tersebut. Dilihatnya seseorang yang kemarin sore bersama adiknya. Rio. Ayu berniat untuk balik ke mobil. Tapi tangannya ditarik.

“Ayu tunggu,” Ucap Rio.

“Apaan sih!” Bantahnya.

“Duduk dulu, aku mau ngomong sama kamu,”

“Mau ngomong apa? Udah gak ada lagi yang bisa diomongin. Kita gak ada hubungan apa-apa!” Jelas Ayu dengan nada tinggi.

“Maafin aku Yu please aku gak tau,” Muka Rio tampak merasa bersalah.

“Heh kalo dulu lo gak ninggalin gue dan lo dateng kerumah gue untuk makan malam. Pasti semuanya gak kaya gini!!! Dan lo pasti udah kenal sama adik gue! Dasar pengecut! Lepasin gue!” Ayu marah sekali, semua orang di café melihat kearah mereka berdua. Sore itu mereka layaknya artis yang ditonton beribu-ribu manusia.

“Ayu aku minta maaf! Aku pergi karena ayah aku sekarat di Jerman. Dia minta aku buat nemenin dia disana sampai sembuh. Please maafin aku Yu, aku masih cinta sama kamu. Di Jerman aku selalu keingetan kamu,” Jelas Rio dengan nada menurun. Tangannya yang menggenggam tangan Ayu kini dilepasnya.

“Kenapa lo gak kabarin gue sedikitpun? Jangan sampai adik gue lo sakitin juga! GUE BENCI LO!!!” Ayu berlari bersama air matanya yang mengalir deras sedari tadi. Mobil melaju dan kemudian berhenti di pinggir jalan. Ia menumpahkan kesedihannya didalam mobil. Rasa sakit hati tidak sepenuhnya dirasakan dalam dirinya. Bercampur bersama cinta yang dipendamnya sendiri. Ia tahu Rio masih mencintainya. Tapi Wina? Tidak mungkin ia menyakiti perasaan adiknya sendiri. Adik kecilnya. Semua pikiran bercampur aduk dalam benaknya.

Setibanya dirumah, dilihatnya Wina di sofa ruang tamu. Menonton TV. Dan kemudian menyapanya “Bang, dari mana?”

“Biasa, main doang,” Jawabnya bohong.

“Duduk sini bang sebentar,”

“Gue tau semuanya kok. Gue udah putusin Rio. Dan sekarang lo harus maafin dia terus balikan sama dia. Gue tau lo masih sayang sama Rio. Jangan bohongin perasaan sendiri bang. Nanti nyesel deh,” Jelas Wina. Ayu kaget dan merasa bersalah.

“Serius lo? Tau dari mana? Gue minta maaf banget ya asli maafin gue win! Gue gak ada maksud dan lo gak boleh putus! Gue sama dia cuma masa lalu win. Udahlah balikan aja kalo lo masih sayang. Lagian ngomong apaan sih anak kecil,”

“Apaan sih bang? Gapapa kali, tadi gue ngikutin lo dari belakang. Kata Bi Ijah ada orang misterius pengen ketemu lo. Gue takut lo kenapa-napa makanya gue ikutin. Gue liatin lo dari balik pintu café. Hmmm gue sama dia cuma sayang doang, lo sama Rio bukan sayang lagi. Tapi cinta! Lagian gue kan masih SMA, cowok juga masih banyak yang mau sama gue! Rio juga ketuaan deh buat gue. Yang jelas sekarang lo maafin dia ya?”

“Gila lo makasih banget adikkuuu………..Tapi ogah kalo maafin!” Tolak Ayu.

“Yaudah guling lo gue ambil!” Ancam adiknya yang langsung lari ke kamar Ayu.

“AAAAAA JANGAN!!!!!!” Teriak Ayu yang mengejar Wina. Guling memang barang kesayangan Ayu sejak dulu. Ia tidak dapat dipisahkan. Bahkan Ayu sempat nangis ketika saudaranya meminjam gulingnya untuk tidur.

Ayu menyerah dan berjanji akan memaafkan Rio. “Okaay gue maafin dia besok!”

“Balikan juga ya? Kan Rionya masih cinta bang,” Rayu Wina.

“Enak ajaaaa. Siniin gulingnyaaaa!”

“Kok mukanya merah gitu bang? Cieeeee ada yang CLBK nih hahaha,”

“Apaan sih anak kecil! Siniin!”

Setelah kejadian yang telah menimpanya, Ayu dan Rio kini jadian. Rio menjelaskan semua yang terjadi pada 2 tahun yang lalu. Rio tidak ingin Ayu bersedih, ia juga tidak mengaktifkan handphonenya selama di Jerman. Ia ingin focus kepada ayah dan sekolahnya saat itu. Makanya ia tidak mengabari kekasihnya. Sedangkan Wina kini mendapat pacar baru yang lebih muda daripada dia, adik kelasnya!

Kini Ayu sadar apa yang ibunya pernah katakan padanya, ia telah mengetahui arti dari kalimatnya sejak saat itu. Awan akan terhibur jika ada Matahari karena ia selalu memberi cahaya disetiap harinya. Matahari selalu ada bersama Awan. Bayangkan saja jika tidak ada Matahari. Pasti dunia akan gelap dan Awan akan sendirian. Bulan? Bintang? Bulan dan Bintang adalah pasangan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya selalu ada disamping Awan, selalu ada disaat ia membutuhkan. Bahkan disaat Awan tidak sadar akan keberadaan keduanya. Seperti disaat Awan menangis, padahal Bulan dan Bintang tidak pergi kemanapun. Mereka menghibur dengan sinarnya yang menerangi seluruh jagat raya. Ayu paham maksud ibunya. Matahari adalah Wina, sedangkan Bulan dan Bintang adalah Ayah dan ibunya.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments


Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © DreaMedia : Bingkai Harapan -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -