Artikel ini sebelumnya sudah saya posting di tz.ucweb.com/1_4JbgV
Masih ingat mahakarya Christopher Nolan tahun lalu? Semua tahu, Dunkirk jawabannya. Film yang bercerita tentang tragedi Dunkirk pada masa Perang Dunia II itu menjadi film perang paling unik yang pernah dibuat. Jarang sebuah cerita perang mengambil cerita dari tokoh kebanyakan (orang biasa yang hanya jadi latar di film lainnya, dalam hal ini tentara biasa). Tapi Nolan mampu membuatnya jadi sangat menakjubkan. Sebuah perang dalam harmoni; dengan alur, sinematografi, dan musik yang luar biasa. Dan tentu saja, dengan aktor yang enak dipandang mata, sebut saja Tom Hardy dan Harry Style.
Lalu apa keistimewaan Darkest Hour? Apa hubungannya dengan Dunkirk?
Sebelum bicara keistimewaan film karya Joe Wright, kita ulas dulu sedikit plotnya. Jadi film ini juga mengambil setting pada masa sekitar Perang Dunkirk. Sebenarnya banyak juga film yang mengambil latar dan cerita seputar tragedi ratusan tentara Inggris dan Perancis yang terkepung Nazi di perairan Dunkirk itu. Contohnya Imitation Game, The King's Speech, Opertaion Dunkirk, dan banyak lainnya. Walaupun dalam timeline sama, masing-masing film memiliki ruang dan penokohan yang berbeda. Misal Dunkirk karya Nolan, berlatar medan perang yang mencengkam; tentara yang sudah putus asa dan berharap diselamatkan.
Lain halnya, Darkest Hour berkutat pada Pemerintah Inggris dan bagaimana mereka mengeluarkan kebijakan saat perang Dunkirk terjadi. Cerita berpusat pada Perdana Menteri saat itu, Winston Churchill yang diperankan Gary Oldman. Beliau merupakan sosok paruh baya yang galak dan rada keras kepala di hadapan banyak orang (bawahannya), namun takut terhadap istri. Oldman berhasil dengan cemerlang memerankannya.
Mungkin sama halnya seperti saya waktu itu yang rada ragu ingin menonton film ini atau tidak. Secara, hampir semua jajaran pemainnya sudah lanjut usia. Bahkan sang tokoh utamanya pun sudah tua, buncit, rambutnya ubanan, dan terlihat rapuh. Namun semua itu akan terbantahkan. Salah satu alasan kenapa nekad menonton karena film tersebut masuk nominasi film terbaik Oscars, beserta Pemeran Utama Prianya. Kok bisa? Jadi, kita akan peduli pada si perdana menteri tua itu, bahkan sejak menit pertama dia muncul. Memang, bukan hal yang membuat bahagia melihat Oldman bisa jadi membawa pulang Oscars tahun ini, tapi dia benar-benar harus mendapatkannya atas perannya itu.
Nah, alasan lainnya mengapa nekad menonton, hanya karena ada Lily James. Sang Cinderella itu memainkan peran juru ketik prbadi sang perdana menteri. James sendiri lumayan mendapat dursi banyak. Walau hampir semua adegan emosionalnya bisa dihilangkan, namun tetap saja, semua yang berhubungan dengan James sangat perlu ada. Seolah ia mewakili semua rakyat Inggris yang ada. Harusnya masuk pemeran pembantu wanita terbaik tuh.
Darkest Hour bukan film yang berat-berat aman. Porsinya pas. Banyak adegan yang menyentuh dan mengharukan. Apalagi saat adegan dalam gerbong kereta. Luar biasa! Dan begitu pecah saat endingnya.
Oh iya, Darkest Hour dan Dunkirk memiliki narasi ending yang hampir sama. Apa yang ada dan dibaca dalam Dunkirk adalah pidato sang perdana menteri yang fenomenal itu.
Jadi, mana yang bakal menang film terbaik Oscars tahun ini? Dunkirk atau Darkest Hour?

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments


Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © DreaMedia : Bingkai Harapan -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -