Artikel ini sebelumnya sudah saya posting di tz.ucweb.com/1_4APD8
Ingin tahu cara mudah untuk mengetahui film itu bagus atau tidak? Salah satunya adalah menonton film dalam keadaan lapar dan jangan makan apapun sepanjang durasi. Jika kita sampai lupa sedang lapar, berarti film tersebut berhasil membuat kita menikmatinya. Dan apabila selama menonton kita terus terngiang akan isi perut yang kosong, berarti film tersebut tidak menarik. Mudah kan?
Oke, langsung saja masuk ke topik yang akan dibahas. Maze Runner: The Death Cure, merupakan pamungkas dari trilogi para pelari labirin. Seharusnya! Tapi kenyataannya dua sekuel film yang diangkat dari novel young-adult berlatar pasca-apokalips ini tidak lagi menceritakan pelari labirin. Dan dari pengamatan penulis, benang merah trilogi ini bukanlah sebuah labirin melainkan Zombie. Seriuosly? Bener serius. Walaupun tak ada keterangan bahwa para manusia yang terkena virus Flare (yang kemudian disebut Crank) lalu kehilangan kesadaran dan bernafsu memakan manusia lainnya - adalah zombie, tapi sebagaimana yang kita tahu, itu merupakan ciri-ciri zombie.
Sebagai penonton yang tidak membaca novelnya, franchise terakhir yang dibintangi Dylan O'Brien ini memupuskan harapan penonton yang ingin melihat adanya Labirin seperti yang diperlihatkan dalam poster diatas. Atau setidaknya misteri tentang labirin yang belum terpecahkan. Kenapa dalam film pertama dulu, para remaja dikurung dalam labirin? Kenapa bukan tembok raksasa, atau penjara, atau pulau terpencil sekalian? Kenapa harus pakai drama para penghuni labirin harus memecahkan misteri labirin untuk keluar, lalu diculik kembali di film kedua? Harusnya kalo hanya sekedar untuk alasan percobaan dan pengamatan, jujur lebih masuk akal ceita yang disuguhkan dalam trilogi Divergent.
Sebenarnya, film ini menghadirkan adegan-adegan intens sepanjang filmnya. Bikin tegang, dan sangat serius. Tapi karena hampir tidak diberi adegan santai, film ini cenderung membosankan. Ending yang penuh emosional pun tak cukup membantu. Boro-boro bikin terurai air mata, yang ada kita merasa "ngapain sih ini film dipanjang- panjangin, 2.5 jam loh!"
Dan sekali lagi, dalam durasi yang sepanjang itu, film ini tidak banyak menjawab dan cenderung memiliki akhir yang tidak tuntas. Gak jelas apa tujuan dari film ini. Mengobati para korban virus Flare kah? Menyelamatkan Min-ho (Ki Hong Lee) dan Teressa (Kaya Scodelario) kah? Atau kabur dari kejaran WCKD? Atau hanya sekedar mencari untung belaka. Hahaha. Semoga gak bikin sekuel lagi.
Kembali ke paragraf pertama, kenapa tadi di counter gak beli makanan?

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments


Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © DreaMedia : Bingkai Harapan -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -